10/05/2012
Nama : Nizza Karima Azzahrah
Kelas : 3PA01
NPM : 15510016
Tugas 1 Psikologi Lintas Budaya (1)
Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan
perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan
kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubahan psikologis dan
sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan
yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah
kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan
cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan
budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman
perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini
relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan. Sejumlah definisi lain
mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan kompleksitas riset
lintas-budaya dalam psikologi adalah perbandingan sistematik dan eksplisit
antara variabel psikologis di bawah kondisi-kondisi perbedaan budaya dengan
maksud mengkhususkan antesede-anteseden dan proses-proses yang memerantarai
kemunculan perbedaan perilaku.
Salah satu definisi konsep budaya adalah yang dikemukakan
Koentjaraningrat (2002) yang mendefinisikannya sebagai seluruh total dari
pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya,
dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah proses belajar.
Definisi tersebut mendominasi pemikiran dalam kajian-kajian budaya di Indonesia
sejak tahun 70an, sejak buku ‘Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan’
diterbitkan. Koentjaraningrat (2002) memecahnya ke dalam 7 unsur, yakni sistem
religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem
teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah yang membentuk budaya secara
keseluruhan.
Sejarah Singkat Munculnya
Psikologi Lintas Budaya
Psikologi Lintas Budaya (PLB) merupakan salah satu cabang (sub
disiplin) dari ilmu Psikologi, yang dalam 100 tahun terakhir ini berbagai studi
mengenai PLB mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jika ditarik agak jauh
kebelakang dengan mencermati fenomena sebelum lahirnya PLB yakni pada masa abad
pertengahan (abad ke 15) dan ke 16, maka dapat dilihat kecenderungan masyarakat
di Eropa yang menaruh perhatian pada nilai-nilai luhur kemanusiaan. Kebebasan
(freedom), kesetaraan (equality) mengemuka di masa perahlian menuju pembaharuan
(renaissance) terhadap sektor-sektor kehidupan. Keragaman (diversity) yang
tampak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari menjadi bagian yang tak
terpisahkan dan merupakan isu penting pada menjelang masa renaissance tersebut.
Tumbuh-kembang PLB lebih tampak di Amerika Serikat sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara itu. Namun demikian, kita
akan mudah menjumpai studi-studi tentang perbandingan antara orang Amerika
dengan Jerman, dibandingkan studi mengenai orang Amerika keturuan Afrika dengan
orang Amerika keturunan Asia. Hal ini dimungkinkan karena mereka berasumsi
bahwa Amerika merupakan satu kesatuan budaya (homogen) yang dapat dibedakan
dengan bangsa di negara-negara lainnya.
Pada masa "European Enlightenment" atau era pencerahan bangsa Eropa (Jahoda & Krewer: hal. 8) di abad 17 hingga ke 19, sebagai kelanjutan masa renaissance, perkembangan peradaban manusia mulai berubah kearah yang lebih luhur dan manusiawi dalam menempatkan posisi serta harkat manusia dalam kehidupannya (from savage to the civilized state of human life).
Tujuan Psikologi Lintas Budaya
Tujuan dari lintas-budaya psikolog adalah untuk melihat manusia dan
perilakunya dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang
ada disekitar kita . untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang
unik untuk mengidentifikasi cara di mana budaya dampak perilaku kita, kehidupan
keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Budaya
Berbagai faktor dapat mempengaruhi aspek-aspek budaya komunitas tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan wilayah tempat budaya tersebut berada memiliki peran atas pembentukan budaya masyarakatnya. Misalnya, wilayah suatu Negara memiliki sumber daya alam terbatas biasanya membentuk budaya masyarakatnya sebagai pekerja keras, memiliki kerjasama tim dan semangat kerja tinggi.
Populasi yang besar juga mempengaruhi budaya. Komunitas dengan jumlah populasi besar memungkinkan terjadinya "groupism" dan hirarki birokrasi. Beberapa faktor lainnya yang juga dapat berpengaruh terhadap budaya adalah teknologi dan cuaca/iklim suatu wilayah.
Budaya merupakan konstruk individu dan sosial. Seseorang (individu) dapat berperilaku atas nilai-nilai, kepercayaan dan sikap yang disepakati bersama, maka ia akan memperlihatkan budaya dari komunitas tersebut. Tetapi sebaliknya, bila dalam perilakunya dia tidak menunjukkan sikap, nilai dan kepercayaan yang dianut komunitasnya, maka ia tidak bisa dikatakan memperlihatkan suatu budaya tersebut.
Hubungan Psikologi Lintas Budaya
dengan Psikologi Budaya dan Antropologi
Hubungan dengan Psikologi Budaya
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian
terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun
baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada
saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam aspek psikologis
manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang mengabaikan faktor
budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002) misalnya, menegaskan
bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya.
Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.
Hubungan dengan Antropologi
Kategori yang sering digunakan untuk
merujuk kelompok budaya adalah etnisitas dan bahasa. Sebuah kelompok etnik
diposisikan sebagai satu kelompok budaya. Demikian juga masyarakat yang
menggunakan bahasa khasnya sendiri diperlakukan sebagai satu kelompok budaya
khusus. Asumsinya mendasarkan pada pendapat Jacques Lacan, yang menyatakan
bahwa manusia terkungkung pada bahasa yang digunakannya. Bahasa adalah penentu
budaya manusia. Dunia dipahami manusia dari kelompok budaya berbeda secara
berbeda karena bahasa yang digunakan untuk memahaminya juga berbeda. Oleh
karena itu orang minang, meskipun dilahirkan di luar Sumatera Barat, namun
sepanjang ia dibesarkan dengan bahasa ibu bahasa minangkabau, maka ia semestinya
dimasukkan dalam kelompok budaya minangkabau. Sebaliknya apabila dia dibesarkan
dengan bahasa ibu bahasa jawa, maka semestinya ia dikelompokkan ke dalam
kelompok budaya jawa, meskipun ibu bapanya orang minang. Lantas bagaimana bila
ibu minang, bapak jawa dan sang anak dibesarkan dengan bahasa indonesia, apakah
kemudian sang anak menjadi kelompok budaya indonesia dan tidak menjadi minang
ataupun jawa?
Pada umumnya penelitian psikologi
lintas budaya dilakukan lintas negara atau lintas etnis. Artinya sebuah negara
atau sebuah etnis diperlakukan sebagai satu kelompok budaya. Dari sisi praktis,
hal itu sangat berguna. Meskipun hal tersebut juga menimbulkan persoalan,
apakah sebuah negara bisa diperlakukan sebagai satu kelompok budaya bila
didalamnya ada ratusan etnik seperti halnya indonesia? Dalam posisi seperti
itu, penggunaan bahasa nasional yakni bahasa indonesia menjadi dasar untuk
menggolongkan seluruh orang indonesia ke dalam satu kelompok budaya.
Pada akhirnya tidak ada
kategori kaku yang bisa digunakan untuk melakukan pengelompokan budaya. Apakah
batas-batas budaya itu ditandai dengan ras, etnis, bahasa, atau wilayah
geografis, semuanya bisa tumpang tindih satu sama lain atau malah kurang
relevan.
Perbedaan Psikologi Lintas
Budaya dengan Psikologi Indigenous, Psikologi Budaya, dan Antropologi
Indigenous Psychology merupakan suatu terobosan baru dalam dunia
psikologi yang mana merupakan suatu untuk memahami manusia berdasarkan konteks
kultural/budaya.
Mengapa Indigenous Psychology diperlukan? Hal ini terkait dengan
“masalah” yang ditimbulkan oleh teori yang ada dan digunakan selama ini, jika
ditelusuri lagi merupakan suatu teori yang disusun berdasarkan sampel
orang-orang barat dengan budaya barat. Teori tersebut kemudian
digeneralisasikan untuk, bisa dikatakan, hampir semua orang di dunia ini.
Padahal belum tentu teori tersebut sesuai dengan budaya suatu negara. Ada suatu
perbedaan yang terkandung di dalam budaya di tiap-tiap daerah. Oleh karena
itulah Indigenous Psychology dibutuhkan. Namun, mengingat bahwa Indigenous
Psychology ini adalah suatu paham baru, penelitian mengenai Indigenous
Psychology masih diperlukan.
Bisa dikatakan Psikologi Lintas Budaya mempelajari perbedaan dan
persamaan manusia yang ada dengan budaya yang berbeda-beda, sedangkan Psikologi
Indigenous ditujukan untuk menghindari pengeneralisasian manusia karena adanya
perbedaan budaya, Psikologi budaya fokus untuk mempelajari suatu budaya akan
mempengaruhi psikologis masyarakatnya, dan Antropologi fokus dalam mempelajari
budaya-budaya yang ada.