3/16/2013
Nama : Nizza Karima Azzahrah
Kelas : 3PA01
NPM : 15510016
Pendekatan client centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang
menggarisbawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dam
fenomenalnya. Pendekatan client centered menaruh kepercayaan
yang besar pada kesanggupan client untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan
arahnya sendiri. Hubungan terapiutik antara terapis dan client merupakan
katalisator bagi perubahan. Menurut Roger, Konseling dan Psikoterapi tidak
mempunyai perbedaan. Untuk itu Roger terus menerus melakukan penelitian,
sehingga menemukan metde yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan klien.
Sehingga Client centered mengalami
perkembangan menjadi Person Centered.
Perkembangan Pendekatan Terhadap Terapi
Pendekatan
Rogers terhadap terapi dan model kepribadian sehat yang dihasilkan,memberikan
suatu gambaran tentang kodrat manusia yang disanjung-sanjung dan optimis. Tema
pokoknya adalah seseorang harus bersandar pada pengalamanya sendiri tentang
dunia karena hanya itulah kenyataan yang diketahui oleh seorang individu.
Carl
R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada
hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi
humanistik yang menggaris bawahi tindakan yang akan dilakukan oleh klien
berikut dunia subjektif dan fenomenalnya.
Perkembangan
pendekatan client-centered disertai peralihan dari penekanan pada teknik terapi
kepada penekanan pada kepribadian, keyakinan dan sikap ahli terapi, serta pada
hubungan terapeutik.
Hart
(1970) membagi perkembangan teori Rogers kedalam tiga periode :
1.
Psikoterapi non-direktif (1940-1950)
Psikoterapinon-direktif dikembangkan pada tahun 1940-an sebagai reaksi melawan
konseling psikoanalisis. DalamPsikoterapi ini, peran therapist hanya menunjukkan kondisi permisif penerimaan (tidak banyak teknik yang
digunakan).
Pendekatan ini menekankan pada penciptaan iklim permisif dan
non-interventif.Pada periode ini, ahli terapi secara nyata menghindarkan diri
dari interaksi dengan klien.Ahli terapi berfungsi sebagai penjernih, tetapi
tidak menampilkan kepribadiannya sendiri. Saat ini, terapi client-centered
mengandalkan dorongan pertumbuhan bawaan klien, dimana klien akan mencapai
pemahaman atas dirinya dan situasi kehidupannya.
2.
Client Centered (1950-1961)
Psikoterapi ini berkembang pada tahun 1950an. Psikoterapiini menaruh kepercayaan dan
meminta tanggungjawab yang lebih besar kepada terapist dalam menangani
permasalahan (berpusat pada konseli). merefleksikan perasaan klien, bekerjasama
menyelaraskan self, Pada periode ini, terapi beralih dari penekanan pada
kognitif kepada klarifikasi, yang mengarah pada pemahaman. Ahli terapi terutama
merefleksikan perasan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungan
dengan kliennya.Peran ahli terapi dirumuskan ulang, penekanan diperbesar pada
tanggapan ahli terapi pada perasaan pasien.Ahli terapi merefleksikan perasaan
yang semata-mata menjelaskan komentar-komentar klien.Untuk menunjang
reorganisasi konsep diri klien, ahli terapi bertugas menghilangkan sumber
ancaman dari hubungan terapeutik dan berfungsi sebagai cermin sehingga klien
dapat memahami dunianya sendiri dengan lebih baik, dan mampu mengembangkan
keselarasan antara konsep dirinya saat ini dengan konsep diri yang
ideal.Sekalipun demikian, ahli terapi sebagai pribadi tetap tidak ditampakkan. Teknik
utama: refleksi.
3.
Person Centered (1961- sekarang)
Psikoterapi ini berkembang pada tahun 1960an, psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak
hanya diterapakan dalam proses terapi tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di berbagai setting seperti dalam masyarakat. Titik
berat : meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan klien, terapist
lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan.Terapist lebih
mengutamakan sikapnya daripada pengetahuan dan penguasaan teknik teknik terapi konseling.Terapi
person-centered menitikberatkan kondisi-kondisi tertentu yang “diperlukan dan
memadai” bagi kelangsungan perubahan kperibadian. Periode ini memperkenalkan unsure-unsur
penting dari sikap-sikap terapis, yakni keselarasan, pandangan dan penerimaan
positif, dan pengertian yang empatik sebagai prasyarat bagi terapi yang
efektif. Kemudian, focus dialihkan dari refleksi terapis atas perasaan-perasaan
klien kpeada tindakan terapis mengungkapkan perasaan-perasaan langsungnya
sendiri dalam hubungan dengan klien. Rumusan yang mutakhir memberikan tempat
pada lingkup yang lebih luas dan keluwesan yang lebih besar dari tingkah laku
terapis, mencakup pengungkapan-pengungkapan atau pendapat-pendapat,
perasaan-perasaan dan sebagainya yang pada periode sebelumnya tidak diharapkan
muncul.
Latar Belakang Person-Centered
Model terapi berpusat
pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan
cabang dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Terapi person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an
sebagai reaksi terhadap terapi psychoanalytic. Didasarkan pada
pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber daya terapi untuk menjadi sadar diri self-aware dan untuk pemecahan
hambatan ke pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan klien, bukan terapi, sebagai pusat terapi. Falsafah dan Asumsi Dasar Model ini berdasarkan pada
pandangan positif tentang manusia yang melihat orang memiliki sifat bawaan
berjuang keras ke arah menjadi untuk berfungsi secara penuh (becoming fully
functioning). Asumsi dasarnya adalah: dalam konteks suatu hubungan pribadi
dengan kepedulian terapist, klien mengalami
perasaan yang sebelumnya ditolak atau disimpangkan dan peningkatan
self-awareness.
Konsep-konsep dasar Terapi Person-Centered
1.
Menekankan pada dorongan dan
kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat
dan menyesuaikan diri.
2.
Menekankan pada unsur atau aspek
emosional dan tidak pada aspek intelektual.
3.
Menekankan pada situasi yang
langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
4.
Menekankan pada hubungan
terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
5.
Konsep dasar pandangan tentang
manusia : pandangan person centered tentang sifat manusia konsep tentang
kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Rogers menunjukkan kepercayaan yang
mendalam pada manusia. Ia memandang manusia sebagai tersosialisasi dan bergerak
ke muka, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh, serta sebagai bmemiliki
kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata, manusia
dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu
diadakan pengendalian. Maka dengan pandangan ini, terapi person-centered
berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar dan membuat
putusan-putusan/
Tujuan Terapi Person-Centered
Tujuan psikoterapi
adalah
menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan terapi sedemikian sehingga terapist, dengan
menggunakan hubungan terapii untuk person-centered, dapat menjadi
sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan.
Terapi cenderung
untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia
untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari
standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu
menjadi. Terapi ini
diharapakan mampu meningkatan harga diri dan keterbukaan yang lebih
besar untuk menangani
masalah. Beberapa perubahan terkait bahwa bentuk terapi berusaha untuk mendorong
pada klien termasuk kesepakatan yang lebih erat antara diri klien ideal dan
aktual, lebih baik pemahaman diri; tingkat lebih rendah dari pembelaan diri,
rasa bersalah, dan ketidakamanan; hubungan yang lebih positif dan nyaman dengan
orang lain, dan peningkatan kapasitas untuk mengalami dan mengekspresikan
perasaan pada saat itu terjadi.
Tujuan umum :
·
Meningkatkan
derajat independensi (kemandirian) dan integrasi yang mengarah pada aktualisasi
diri,
Tujuan khusus :
·
Memberi
kesempatan dan kebebasan pada individu untuk mengkspresikan perasaaan
–perasaannya, berkembang dan terealisasi potensinya.
·
Membanntu
individu untuk makin mampu berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan
lingkungannya dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
·
Membantu individu
dalam perubahan dan pertumbuhan.
Peran dan Fungsi Terapist pada pendekatan Person Centered
Peran
Terapist pada proses terapi adalah :
·
Terapist tidak memimpin,
mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi tetapi itu dilakukan oleh
klien sendiri.
·
Terapist merefleksikan
perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
·
Terapist menerima individu dengan
sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
·
Terapist memberi kebebasan kepada klien
untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
Fungsi Terapist pada Proses Terapi
Secara garis besar terapist
berfungsi sebagai instrument untuk membantu klien terhadap terciptanya
perubahan perilaku. Adapun sikap terapist sebagai instrument dalam proses
terapi meliputi kongruen/genuine/otentik, penghargaan tanpa syarat (uncounditional
positif regard), dan pemahaman secara empati (empathic understanding).
Kelebihan pendekatan Person-Centered
1.
Pemusatan pada klien dan bukan pada therapist.
2.
Identifikasi dan hubungan terapi
sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.
Lebih menekankan pada sikap terapi
daripada teknik.
4.
Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan
penemuan kuantitatif.
5.
Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam
terapi.
6.
Menawarkan perspektif yang lebih
up-to-date dan optimis.
7.
Klien memiliki pengalaman positif
dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya.
8.
Klien merasa mereka dapat
mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak
dijustifikasi
Kekurangan Pendekatan Person Centered
1.
Terapi berpusat pada klien dianggap
terlalu sederhana.
2.
Terlalu menekankan aspek afektif,
emosional, perasaan.
3.
Tujuan untuk setiap klien yaitu
memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai
individu.
4.
Tidak cukup sistematik dan lengkap
terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
5.
Sulit bagi therapist untuk bersifat
netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6.
Terapi menjadi tidak efektif
ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja
tidaklah cukup.
7.
Tidak bisa digunakan pada penderita
psikopatology yang parah.
8.
Minim teknik untuk membantu klien
memecahkan masalahnya
Sumber : http://janokogalls.blogspot.com/2011/12/person-centered-by-carl-roger.html
(Alwilsol(2008).
Psikologi Kepribadian. UMM Press. Malang, Suryabrata, Sumadi (2008). Psikologi
Kepribadian. Rajawali Pers. Jakarta., Batos, Cindy (2011). TERAPI
BERPUSAT KLIEN (Client Centered Teraphy)., Chou
(2011).Sejarah Person’s Centered., Susanto, Eko (2011). Konseling
Client Centered., Ummuhani (2010). Model Client-Centered.)